Penulis Freelance vs AI Writer: Masih Ada Harapan?

Published: 03 Agu 2025

Beberapa bulan terakhir, saya makin sering lihat diskusi di grup freelance ngebahas hal yang sama: “Bro, kita masih bisa hidup gak sih dari nulis, soalnya AI sekarang udah gila-gilaan?”

Pertanyaannya wajar. Gak semua orang bisa cepat adaptasi. Apalagi buat penulis freelance yang selama ini ngandelin skill nulis manual buat dapet cuan. Tapi tenang bro, kita kupas bareng-bareng ya. Ini bukan artikel buat nakut-nakutin, tapi buat ngasih perspektif dan strategi bertahan di tengah gempuran AI writer.


AI Emang Cepet dan Murah, Tapi…

Jujur aja, saya sendiri udah coba banyak tools AI kayak ChatGPT, Claude, bahkan tools lokal yang bisa bikin artikel full 1000 kata dalam waktu 3 menit. Cepet. Rapi. Dan keliatan profesional di mata awam.

Tapi masalahnya satu: “rasa manusianya gak ada.”

Tulisan AI itu rata-rata terlalu netral, datar, dan kadang ngaco kalau disuruh cerita personal. Artikel mereka enak buat bacaan mesin, tapi kurang ‘nyantol’ di hati manusia. Dan ini celah yang masih bisa kita isi sebagai penulis freelance.


Apa yang Masih Bisa Kita Tawarkan?

  1. Gaya Bahasa Unik yang Gak Bisa Ditiru AI
    Gaya nulis itu kayak sidik jari. Lo bisa nulis dengan cara “kayak curhat”, “receh tapi dalem”, “nyentil tapi sopan”. Dan AI? Mereka butuh ribuan contoh biar bisa ngikutin, itupun belum tentu pas. Kalau lo udah nemuin voice tulisan lo, itu senjata paling ampuh.

  2. Cerita Nyata & Insight Personal
    Coba aja suruh AI nulis pengalaman waktu ditolak klien, atau pas dapet cuan pertama dari proyek nulis. Pasti hambar. Nah, pengalaman pribadi yang relatable itu yang bikin pembaca nempel sama tulisan lo.

  3. Empati & Humor
    AI bisa ngasih informasi, tapi susah kalau disuruh bikin pembaca senyum kecil karena jokes-nya nyambung. Tulisan manusia bisa nunjukin rasa: sedih, harap, marah, kocak. Dan itu masih jadi nilai jual tinggi.

  4. Adaptasi Cepat & Rasa Lokal
    Klien lokal butuh konten yang ngerti budaya mereka. Coba aja suruh AI nulis “bahasa Jaksel yang gaul tapi sopan buat landing page skincare”. Hasilnya? Kaku, bro. Kita sebagai manusia bisa adaptasi dengan cepat sesuai target pasar.


Tapi Jangan Antibisnis: Kolaborasi Bukan Kompetisi

Saya pribadi udah mulai combine kerjaan nulis manual + AI. Gimana caranya?

  • Riset Pakai AI: Buat dapet struktur atau ide awal.

  • Tulisan Awal dari AI, Finishing Manual: AI kasih draft 50%, sisanya saya poles biar ada “jiwa”-nya.

  • Proofread Tools: Gunakan AI buat bantu cek grammar atau typo.

Dengan cara ini, saya bisa kerjain lebih banyak proyek tanpa kehilangan kualitas. Jadi bukan perang, tapi kolaborasi.


Klien Masih Cari Penulis “Manusia”

Fakta di lapangan, banyak klien justru kecewa setelah coba pakai AI Writer. Alasannya?

  • Artikel jadi mirip-mirip satu sama lain.

  • Gak ada insight baru.

  • SEO gak maksimal karena keyword stuffing.

  • Mereka butuh revisi terus karena gak nyambung sama brand voice.

Akhirnya, mereka balik lagi cari penulis yang bisa ngobrol, diskusi, dan ngerti brief tanpa harus jelasin 3 kali. Ini peluang buat kita, bro.


Tips Bertahan (dan Berkembang) Sebagai Penulis Freelance di Era AI

  1. Kuasai Gaya Menulis yang Khas
    Coba evaluasi tulisan lo: apa yang bikin beda? Kalau belum nemu, mulai eksperimen. Bisa dari gaya bercanda, cara narasi, atau topik yang selalu lo sentuh.

  2. Bangun Personal Branding
    Mulai tunjukin sisi lo sebagai penulis. Bikin konten edukasi, share tulisan receh tapi relate, gabung komunitas nulis, bangun profil LinkedIn atau blog pribadi kayak seosatu.com. Klien suka yang keliatan ‘real’.

  3. Upgrade Skill Tambahan
    SEO dasar, storytelling, copywriting, bahkan design Canva buat cover artikel—semua skill tambahan ini bikin lo makin dilirik. Apalagi kalau bisa kasih solusi lengkap, bukan cuma nulis doang.

  4. Ambil Proyek yang Butuh Sentuhan Manusia
    Fokus ke job yang butuh empati dan insight, kayak ghostwriting, konten personal brand, atau artikel opini. Job beginian jarang bisa digarap AI 100%.

  5. Berani Tawarkan Diri
    Klien gak akan tahu lo bisa apa kalau lo gak mulai ngobrol. Jangan nunggu. DM, kirim proposal, dan kasih contoh tulisan lo yang terbaik.


Penutup: Masih Ada Harapan, Asal Gak Diam

Kalau lo penulis freelance yang mau belajar, mau adaptasi, dan gak gengsi kerja bareng AI—lo masih punya masa depan yang cerah. Dunia nulis bukan soal siapa tercepat, tapi siapa paling “nyampe” ke pembaca. Dan itu, bro, masih dikuasai manusia.

AI boleh pintar, tapi lo punya rasa. Dan rasa itu gak bisa dipalsukan.

0 0 votes
Article Rating
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments