Banyak orang memandang profesi barista hanya sebagai pekerjaan sampingan atau batu loncatan sementara. Namun, ada kisah menarik dari seorang mantan karyawan Fore Coffee yang berhasil mengubah pengalaman kerjanya menjadi bekal untuk merintis bisnis sendiri.
Perjalanannya penuh tantangan, tetapi juga membuktikan bahwa kerja keras dan konsistensi bisa mengubah nasib.
Daftar ISI
Awal Mula di Balik Apron
Tokoh ini memulai kariernya bukan karena hobi kopi, melainkan kebutuhan ekonomi. Setelah lulus sekolah, ia mencari pekerjaan yang bisa segera digeluti tanpa menunggu lama. Pekerjaan sebagai barista di Fore Coffee menjadi pilihan, meski awalnya ia merasa tidak punya keahlian khusus.
Hari-hari pertama penuh adaptasi. Dari berdiri berjam-jam, menghafal menu, hingga melayani pelanggan yang datang silih berganti. Rasa lelah tentu ada, tetapi justru dari sinilah ia mulai memahami arti disiplin dan tanggung jawab.
Proses Belajar dari Lingkungan Kerja
Fore Coffee punya sistem pelatihan yang cukup terstruktur. Dari sinilah ia belajar:
-
Teknik dasar kopi: cara mengoperasikan mesin espresso, menggiling biji kopi, hingga menuangkan latte art sederhana.
-
Standar pelayanan: bagaimana menyapa pelanggan, menerima komplain, dan tetap tersenyum meski dalam tekanan.
-
Manajemen stok: menghitung kebutuhan bahan baku, menghindari pemborosan, dan memastikan ketersediaan selalu cukup.
-
Kerja tim: membagi tugas saat kedai penuh, saling mendukung antarbarista, hingga menyelesaikan target bersama.
Semua pengalaman ini tidak ia anggap remeh. Ia sadar, apa yang dipelajari bisa jadi bekal besar untuk masa depan.
Momen Titik Balik
Suatu hari, ia diminta membantu supervisi kedai karena manajer sedang berhalangan. Dari pengalaman singkat itu, ia merasakan tanggung jawab yang berbeda: bukan hanya meracik minuman, tetapi juga memastikan seluruh operasional berjalan lancar.
Di situlah muncul ide, “Bagaimana kalau suatu hari aku punya kedai sendiri?” Pertanyaan itu terus melekat, hingga akhirnya menjadi motivasi besar untuk menabung dan belajar lebih serius.
Perjalanannya tidak instan. Selama dua tahun bekerja, ia melakukan beberapa langkah strategis:
-
Menabung sebagian gaji meski kecil jumlahnya.
-
Mengikuti workshop kopi di luar pekerjaan, untuk memperluas wawasan.
-
Belajar pemasaran digital melalui kursus online gratis.
-
Membangun jaringan dengan pelanggan tetap, supplier, dan komunitas kopi lokal.
Semua ia lakukan secara bertahap, tanpa meninggalkan pekerjaan utama.
Langkah Pertama Membuka Usaha
Dengan tabungan yang terkumpul, ia akhirnya membuka kedai kecil di dekat kampus. Modal awalnya digunakan untuk menyewa tempat sederhana, membeli mesin kopi bekas, dan mendesain interior minimalis.
Hari pertama buka, kedainya hanya dikunjungi beberapa orang. Namun, ia tetap konsisten menjaga kualitas rasa dan pelayanan. Lama-lama, kabar dari mulut ke mulut mulai menyebar.
Tantangan di Jalan Baru
Tentu, perjalanan tidak mulus. Beberapa kesulitan yang ia hadapi antara lain:
-
Persaingan ketat dengan brand besar dan kafe modern lain.
-
Keterbatasan modal untuk promosi, sehingga ia mengandalkan kreativitas di media sosial.
-
Manajemen waktu karena harus mengurus kedai sekaligus belajar bisnis lebih dalam.
-
Fluktuasi pelanggan yang membuat pendapatan kadang naik-turun.
Namun, semua tantangan ia hadapi dengan mental baja yang ditempa sejak masih menjadi barista.
Buah dari Konsistensi
Setelah berjalan setahun, kedai kecil itu mulai dikenal luas. Ia menambah menu baru hasil eksperimen pribadi, mengadopsi sistem pemesanan online, dan terus menjaga hubungan baik dengan pelanggan.
Kini, kedainya tidak hanya jadi tempat ngopi, tapi juga ruang komunitas untuk anak muda. Ia bahkan mulai mempekerjakan karyawan baru, beberapa di antaranya juga mantan barista yang ingin belajar bisnis.
Pelajaran Penting
Dari perjalanan ini, ada beberapa hal yang bisa dipetik:
-
Pengalaman sekecil apa pun bisa jadi modal berharga.
-
Disiplin dan konsistensi lebih penting daripada modal besar.
-
Jaringan sosial sangat membantu dalam membangun usaha.
-
Belajar dari bawah membuat seseorang lebih paham cara memimpin.
FAQ
Berapa modal awal membuka usaha kopi kecil?
Kisaran Rp30–70 juta, tergantung lokasi, ukuran kedai, dan peralatan yang dipakai.
Apakah pengalaman sebagai barista wajib dimiliki?
Tidak wajib, tapi pengalaman di lapangan sangat membantu memahami operasional.
Berapa lama biasanya balik modal?
Sekitar 1,5–2 tahun jika manajemen keuangan baik dan pelanggan stabil.
Apa strategi marketing yang efektif untuk usaha kecil?
Manfaatkan media sosial, program loyalitas sederhana, dan promosi dari mulut ke mulut.
Apakah mungkin usaha berkembang tanpa investor?
Sangat mungkin, asal disiplin mengatur arus kas dan konsisten menjaga kualitas.
Penutup
Kisah perjalanan dari barista hingga menjadi pengusaha kopi membuktikan bahwa mimpi besar bisa lahir dari pengalaman sederhana. Dengan kerja keras, semangat belajar, dan keberanian mengambil langkah, siapa pun bisa mengubah jalan hidupnya. Dari apron barista menuju pemilik kedai, cerita ini menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk tidak meremehkan awal yang sederhana.