Selama ini, kalau kita denger kata “mata elang”, yang langsung kebayang pasti cowok-cowok bertampang sangar, jaket kulit, naik motor kopling, dan sorot mata kayak siap narik motor orang dalam hitungan detik.
Tapi lo pernah kepikiran gak, bro, ternyata di balik dunia yang keras itu… ada juga cewek yang jadi mata elang?
Yup, lo gak salah baca. Mereka eksis, walau jumlahnya mungkin gak banyak. Tapi cerita mereka justru lebih mengejutkan, kadang juga lebih menyentuh.
Sisi lain dari dunia penarikan unit motor: mata elang cewek. Siapa mereka? Kenapa milih kerja ini? Dan gimana rasanya narik motor orang, padahal dia juga cewek biasa kayak kita?
Table of Contents
- 1 1. Dari Admin Kantor ke Lapangan: “Awalnya Gak Nyangka Bisa Jadi Mata Elang”
- 2 2. Gak Pakai Kekerasan, Tapi Main Psikologi
- 3 3. Risiko Tetap Sama: Diancam, Dikejar, Dituduh Bohong
- 4 4. Kenapa Cewek Masuk Dunia Mata Elang?
- 5 5. Stigma dan Pandangan Miring
- 6 6. Gak Bertahan Lama, Tapi Banyak Cerita
- 7 7. Penutup: Mereka Juga Punya Hati
1. Dari Admin Kantor ke Lapangan: “Awalnya Gak Nyangka Bisa Jadi Mata Elang”
Namanya “R”, usia 28 tahun, single mom dengan satu anak. Dia cerita kalau awalnya kerja sebagai admin di kantor leasing. Tapi karena kebutuhan hidup makin berat, dia “turun lapangan” bantuin tim penagih unit.
“Waktu itu cuma iseng ikut senior buat belajar. Eh ternyata malah dikasih tugas tetap. Gak semua cewek bisa nerima, tapi saya jalanin aja.”
Cewek ini beneran keliling naik motor matic, bawa data target, bahkan kadang harus negosiasi langsung sama debitur yang marah-marah.
2. Gak Pakai Kekerasan, Tapi Main Psikologi
Kalau cowok mata elang biasanya ngandelin nyali dan tekanan fisik, versi cewek biasanya lebih halus tapi mengena. Mereka gak langsung narik, tapi ngajak ngobrol, kasih empati, baru pelan-pelan arahkan ke penyerahan unit secara sukarela.
“Kita main pendekatan. Kadang pura-pura sebagai temen, pura-pura minta tolong, tapi ujung-ujungnya ya tetap: unit ditarik,” kata R, sambil ngakak kecil.
Cewek lebih lihai dalam membaca situasi emosional target, dan ini jadi senjata utama mereka. Bahkan beberapa cerita bilang, penarikan oleh mata elang cewek lebih sering berhasil karena “gak kelihatan mengancam”.
3. Risiko Tetap Sama: Diancam, Dikejar, Dituduh Bohong
Tapi bro, jangan dikira kerjaan mereka mulus-mulus aja. Jadi mata elang itu tetap dunia keras. Beberapa dari mereka pernah:
-
Diteriakin di jalan umum
-
Dikejar warga
-
Diancam pakai senjata tajam
-
Bahkan sempat diseret ke kantor polisi karena disangka maling motor
“Yang paling berat bukan pas ditarik, tapi pas ketahuan sama tetangga target. Mereka pikir saya maling. Saya harus nunjukin surat tugas, bahkan sempat nangis waktu itu,” cerita “D”, mantan mata elang dari Bandung.
Lo bayangin bro, cewek, sendirian di lapangan, narik motor, lalu disangka penjahat. Itu bukan kerjaan ringan.
4. Kenapa Cewek Masuk Dunia Mata Elang?
Pertanyaan yang paling sering muncul: “Kenapa cewek mau kerja begini?”
Jawabannya sederhana: karena butuh duit dan gak punya pilihan banyak.
Banyak dari mereka:
-
Single parent
-
Ditinggal suami
-
Lulusan SMA yang gak punya akses kerja kantoran
-
Punya utang pribadi
Jadi jadi mata elang bukan soal pilihan gaya-gayaan, tapi jalan bertahan hidup.
“Saya pernah kerja jadi kasir, tapi gajinya 2 juta. Di sini, tiap unit ditarik bisa dapat 300-500 ribu. Kalau seminggu bisa narik 3, ya udah bisa bayar kontrakan sama sekolah anak,” ujar seorang mata elang cewek dari Bekasi.
5. Stigma dan Pandangan Miring
Mata elang cowok aja sering dicap buruk, apalagi cewek. Mereka sering dibilang:
-
Gak punya hati nurani
-
Ngerusak sesama cewek
-
Kerjaannya “gak cocok buat perempuan”
Padahal, mereka cuma jalani peran yang seharusnya ditanggung negara atau lembaga keuangan. Mereka bukan aktor utama yang bikin orang susah, tapi eksekutor terakhir.
“Saya gak pernah maksa orang. Kalau mereka gak bisa bayar, saya arahkan buat komunikasi sama leasing. Tapi kadang mereka kabur, sembunyi, malah marah ke kita,” ujar R.
6. Gak Bertahan Lama, Tapi Banyak Cerita
Mayoritas mata elang cewek gak bertahan lama di dunia ini. Maksimal 1-2 tahun. Alasannya:
-
Tekanan mental terlalu besar
-
Ancaman fisik nyata
-
Gak kuat dipojokkan masyarakat
-
Gak cocok untuk jangka panjang
Tapi cerita mereka layak diangkat, karena mereka mewakili sisi “manusia” dari profesi yang selama ini dikenal keras dan tanpa ampun.
7. Penutup: Mereka Juga Punya Hati
Di balik jaket, helm, dan data leasing, mereka juga manusia. Punya anak, punya keluarga, punya rasa bersalah setiap kali tarik unit dari sesama emak-emak. Tapi hidup gak selalu kasih pilihan ideal.
Lo bisa benci sistemnya, leasing-nya, bahkan mata elangnya. Tapi kadang, kalau lo tau cerita mereka, rasa benci itu berubah jadi empati.
“Saya pernah narik motor cewek yang juga single mom. Akhirnya saya bantuin dia nego ulang cicilan. Kita saling ngerti, walau posisi kita berseberangan.”