Perusahaan ini merupakan perusahaan jasa dan distribusi dengan operasi harian yang bergantung penuh pada sistem informasi internal.
Hampir seluruh aktivitas bisnis berjalan melalui aplikasi web, mulai dari input data lapangan, validasi administratif, hingga pelaporan ke manajemen puncak.
Jumlah pengguna aktif harian mencapai puluhan hingga ratusan user dengan peran berbeda, seperti staf operasional, supervisor, admin, dan manajer. Sistem harus berjalan stabil selama jam kerja tanpa toleransi downtime yang tinggi.
Aplikasi dikembangkan secara internal dan telah digunakan lebih dari lima tahun.
Contents
- 1 2. Ruang Lingkup Aplikasi
- 2 3. Alasan Pemilihan CodeIgniter
- 3 4. Arsitektur Sistem yang Digunakan
- 4 5. Masalah yang Muncul Seiring Pertumbuhan
- 5 6. Dampak Nyata ke Operasional Bisnis
- 6 7. Keputusan Manajerial
- 7 8. Strategi Teknis Perbaikan
- 8 9. Tantangan Selama Implementasi
- 9 10. Dampak ke Tim Pengembang
- 10 11. Dampak ke Pengguna Internal
- 11 12. Evaluasi Setelah Implementasi
- 12 13. Pelajaran Kunci dari Studi Kasus Ini
- 13 Kesimpulan Akhir
- 14 Related Posts
2. Ruang Lingkup Aplikasi
Aplikasi CodeIgniter 3 mencakup modul-modul utama berikut:
- Manajemen pengguna dan role akses
- Manajemen data pelanggan
- Pencatatan transaksi dan aktivitas operasional
- Manajemen dokumen bisnis
- Laporan periodik dan dashboard manajemen
Setiap modul saling terhubung dan berbagi data yang sama. Kesalahan kecil pada satu modul dapat berdampak luas ke modul lain.
3. Alasan Pemilihan CodeIgniter
CodeIgniter dipilih bukan karena tren, melainkan karena pertimbangan praktis perusahaan:
- Learning curve rendah untuk developer internal
- Struktur sederhana dan mudah dipahami
- Performa cepat untuk aplikasi CRUD besar
- Tidak memaksa dependensi berlebihan
- Mudah dipelihara dalam jangka panjang
Framework ini dianggap cocok untuk perusahaan yang lebih mementingkan stabilitas daripada eksperimen teknologi.
4. Arsitektur Sistem yang Digunakan
Aplikasi menggunakan arsitektur monolitik berbasis MVC dengan karakteristik berikut:
- Controller mengatur alur request dan otorisasi
- Model menangani logika bisnis dan akses database
- View fokus pada penyajian data
Namun, pada fase awal pengembangan, batas antara controller dan model tidak selalu tegas. Beberapa logika bisnis bercampur di controller, yang kemudian menjadi sumber masalah saat sistem membesar.
5. Masalah yang Muncul Seiring Pertumbuhan
Ketika jumlah user dan data meningkat, perusahaan mulai menghadapi masalah serius:
- Struktur kode sulit dirawat
- Bug kecil berdampak ke banyak pengguna
- Validasi data tidak konsisten antar modul
- Akses user kadang melewati batas role
- Session sering bermasalah saat traffic tinggi
- Sulit melakukan tracing kesalahan
Masalah ini tidak muncul sekaligus, melainkan akumulatif selama bertahun-tahun.
6. Dampak Nyata ke Operasional Bisnis
Masalah teknis mulai terasa secara bisnis:
- Proses kerja melambat
- Karyawan kehilangan kepercayaan pada sistem
- Data laporan sering perlu diverifikasi manual
- Tim IT bekerja reaktif, bukan strategis
- Risiko kesalahan keputusan manajemen meningkat
Pada titik ini, aplikasi bukan lagi sekadar alat bantu, tetapi potensi bottleneck bisnis.
7. Keputusan Manajerial
Manajemen dihadapkan pada dua pilihan:
- Migrasi ke framework baru dengan biaya besar dan risiko tinggi
- Melakukan refactoring dan penguatan sistem yang ada
Dipilih opsi kedua dengan alasan:
- Sistem sudah deeply integrated
- Risiko downtime lebih kecil
- Biaya lebih terkendali
- Tim internal sudah memahami CodeIgniter
Keputusan ini menegaskan fokus pada keberlanjutan sistem.
8. Strategi Teknis Perbaikan
Pendekatan perbaikan dilakukan secara bertahap:
- Audit struktur kode dan alur data
- Pemisahan ulang logika bisnis ke model
- Standardisasi validasi data
- Pengetatan otorisasi berbasis role
- Perbaikan manajemen session
- Penataan logging dan error handling
Tidak ada perubahan drastis dalam satu waktu. Setiap perubahan diuji pada modul kecil terlebih dahulu.
9. Tantangan Selama Implementasi
Beberapa tantangan nyata yang dihadapi:
- Ketergantungan antar modul lama
- Minimnya dokumentasi awal
- Risiko bug saat refactoring
- Perbedaan standar antar developer lama
- Keterbatasan waktu karena sistem tetap harus berjalan
Hal ini menuntut disiplin tinggi dan komunikasi intens antara tim IT dan pengguna internal.
10. Dampak ke Tim Pengembang
Setelah perbaikan bertahap:
- Struktur kode lebih konsisten
- Debugging jauh lebih cepat
- Onboarding developer baru lebih mudah
- Risiko regresi menurun
- Deployment lebih terkontrol
Tim IT mulai beralih dari mode “bertahan” ke mode “pengembangan”.
11. Dampak ke Pengguna Internal
Pengguna internal merasakan perubahan nyata:
- Aplikasi lebih responsif
- Error berkurang drastis
- Alur kerja lebih jelas
- Kepercayaan terhadap sistem meningkat
Ini berdampak langsung pada produktivitas dan disiplin kerja.
12. Evaluasi Setelah Implementasi
Setelah beberapa bulan:
- Frekuensi incident menurun signifikan
- Beban support IT berkurang
- Data laporan lebih konsisten
- Sistem lebih siap untuk penambahan fitur baru
Aplikasi kembali menjadi enabler bisnis, bukan beban.
13. Pelajaran Kunci dari Studi Kasus Ini
Pelajaran penting yang didapat perusahaan:
- Framework sederhana bisa sangat kuat
- Masalah sistem sering berasal dari implementasi, bukan teknologi
- Refactoring terencana lebih murah dari migrasi
- Disiplin arsitektur menentukan umur aplikasi
- CodeIgniter cocok untuk perusahaan yang mengutamakan stabilitas
Kesimpulan Akhir
Studi kasus ini menunjukkan bahwa CodeIgniter 3 mampu mendukung aplikasi perusahaan secara serius dan berkelanjutan jika dikelola dengan pendekatan yang tepat.
Keberhasilan sistem tidak ditentukan oleh framework paling baru, melainkan oleh pemahaman kebutuhan bisnis, disiplin teknis, dan keberanian untuk memperbaiki fondasi sistem.
