AJAX sudah digunakan lebih dari dua dekade dan sering dianggap sebagai teknologi lama. Namun kenyataannya, AJAX masih menjadi tulang punggung komunikasi client–server di banyak website skala besar, terutama yang memiliki sistem legacy, CMS kompleks, dan traffic tinggi.
Masalahnya bukan pada AJAX itu sendiri, melainkan bagaimana AJAX digunakan. Di website berskala besar—dengan jutaan pengguna, ribuan request per menit, dan tim developer yang tersebar—AJAX yang tidak dioptimasi dapat menyebabkan:
- Latency tinggi
- Bottleneck server
- UI tidak responsif
- Memory leak di browser
- Sulit dirawat (maintenance hell)
Artikel ini membahas cara mengoptimasi AJAX secara mendalam untuk website skala besar, dari sisi front-end, back-end, arsitektur, hingga strategi organisasi teknis.
Contents
- 1 1. Tantangan AJAX di Website Skala Besar
- 2 2. Prinsip Dasar Optimasi AJAX (Wajib Dipegang)
- 3 3. Optimasi AJAX di Front-End
- 4 4. Optimasi Response Data
- 5 5. Strategi AJAX di Backend (Sering Dilupakan)
- 6 6. Error Handling AJAX Skala Besar
- 7 7. Monitoring & Observability AJAX
- 8 8. AJAX dan Arsitektur Microservices
- 9 9. AJAX vs Fetch vs Modern Stack (Konteks Optimasi)
- 10 10. Anti-Pattern AJAX yang Harus Dihindari
- 11 11. Checklist Optimasi AJAX Website Skala Besar
- 12 Kesimpulan
- 13 Related Posts
1. Tantangan AJAX di Website Skala Besar
Sebelum optimasi, kita harus memahami tantangan nyata yang dihadapi website besar.
1.1 Lonjakan Request Asinkron
Website besar sering memicu:
- Multiple AJAX calls saat page load
- Parallel request dari berbagai komponen
- Request berulang akibat user interaction
Tanpa kontrol, ini menyebabkan request storm.
1.2 Ketergantungan antar Endpoint
AJAX sering saling bergantung:
- Request B menunggu response A
- Chain request yang panjang
- Tidak ada fallback jika satu gagal
Ini memperbesar risiko UI freeze.
1.3 Bottleneck di Backend
AJAX yang buruk sering:
- Mengambil data berlebihan
- Memanggil endpoint mahal
- Tidak memanfaatkan cache
1.4 Konsistensi Data
Pada skala besar:
- Data berubah cepat
- AJAX bisa menampilkan data stale
- Sinkronisasi state menjadi sulit
2. Prinsip Dasar Optimasi AJAX (Wajib Dipegang)
Sebelum teknik lanjutan, berikut prinsip fundamental:
- Kurangi jumlah request
- Kurangi ukuran response
- Kontrol waktu eksekusi
- Tangani error dengan elegan
- Pisahkan concern data & UI
3. Optimasi AJAX di Front-End
3.1 Batasi Jumlah AJAX Call (Request Consolidation)
Alih-alih:
/user
/user/profile
/user/notification
/user/settings
Gunakan:
/user/overview
Manfaat:
- Mengurangi latency
- Mengurangi TCP overhead
- Lebih efisien di mobile network
Ide Baru:
👉 Desain endpoint berbasis UI needs, bukan berdasarkan model database.
3.2 Debounce dan Throttle Request
Untuk input user seperti search:
function debounce(fn, delay) {
let timeout;
return function (...args) {
clearTimeout(timeout);
timeout = setTimeout(() => fn.apply(this, args), delay);
};
}
Contoh penggunaan:
- Live search
- Autocomplete
- Infinite scroll
Hasil:
👉 Mengurangi request hingga 70–90%
3.3 Cancel AJAX Request yang Tidak Relevan
Masalah umum:
- User pindah halaman
- Request lama masih berjalan
- Response datang terlambat → overwrite UI
Solusi:
- AbortController (Fetch)
xhr.abort()(AJAX)
xhr.abort();
Ide Baru:
👉 Setiap UI state memiliki request lifecycle sendiri.
3.4 Lazy Loading Berbasis Interaksi
Jangan load semua data saat page load.
Load ketika:
- Elemen masuk viewport
- User klik tab
- User scroll
Contoh use case:
- Komentar
- Review
- Riwayat transaksi
3.5 Cache di Client-Side
Gunakan:
- In-memory cache
- sessionStorage
- localStorage (dengan TTL)
Aturan penting:
- Cache hanya data read-heavy
- Jangan cache data sensitif
- Gunakan expiry time
4. Optimasi Response Data
4.1 Kirim Data Minimal (Payload Reduction)
Jangan kirim:
{
"id": 1,
"created_at": "...",
"updated_at": "...",
"deleted_at": null
}
Jika tidak dipakai UI.
Prinsip:
👉 API harus UI-driven, bukan DB-driven
4.2 Pagination dan Infinite Scroll
Hindari:
limit=1000
Gunakan:
- Cursor-based pagination
- Offset dengan batas ketat
4.3 Gunakan Kompresi
Aktifkan:
- Gzip
- Brotli
Ini dapat mengurangi payload hingga 80%.
5. Strategi AJAX di Backend (Sering Dilupakan)
5.1 Gunakan Cache Server-Side
- Redis
- Memcached
- Edge cache (CDN)
Endpoint read-heavy wajib di-cache.
5.2 Rate Limiting AJAX
Lindungi server dari:
- Abuse
- Bug UI
- Loop request tidak sengaja
5.3 Asynchronous Backend Processing
Jangan proses berat secara sinkron:
- Kirim response cepat
- Proses berat di background job
6. Error Handling AJAX Skala Besar
6.1 Standardisasi Error Response
Gunakan format konsisten:
{
"error": {
"code": "AUTH_EXPIRED",
"message": "Session expired"
}
}
6.2 Retry Strategy (Dengan Batas!)
- Retry hanya untuk network error
- Gunakan exponential backoff
6.3 Fallback UI
Jika AJAX gagal:
- Tampilkan cached data
- Tampilkan skeleton UI
- Jangan blank screen
7. Monitoring & Observability AJAX
7.1 Logging AJAX Error
Pantau:
- Endpoint paling lambat
- Error rate
- Timeout
7.2 Real User Monitoring (RUM)
Gunakan:
- Performance API
- Custom metrics
Ide Baru:
👉 Treat AJAX sebagai product metric, bukan hanya teknis.
8. AJAX dan Arsitektur Microservices
Masalah umum:
- AJAX memanggil banyak service
- Latency bertambah
Solusi:
- Backend-for-Frontend (BFF)
- API Gateway
- Aggregation layer
AJAX seharusnya berbicara ke satu endpoint, bukan banyak.
9. AJAX vs Fetch vs Modern Stack (Konteks Optimasi)
AJAX bisa tetap optimal jika:
- Dikelola dengan disiplin
- Dipakai untuk kebutuhan yang tepat
- Tidak dipaksakan ke SPA kompleks
Namun untuk aplikasi baru:
- Gunakan Fetch + abstraction
- Gunakan state management modern
10. Anti-Pattern AJAX yang Harus Dihindari
❌ AJAX di onScroll tanpa throttle
❌ Request berantai tanpa error handling
❌ Mengirim data berlebihan
❌ Tidak ada timeout
❌ UI tergantung penuh pada satu request
11. Checklist Optimasi AJAX Website Skala Besar
✅ Batasi request
✅ Debounce & throttle
✅ Cache client & server
✅ Payload minimal
✅ Error handling konsisten
✅ Monitoring real user
✅ Abort request tidak relevan
✅ Backend aggregation
Kesimpulan
AJAX bukan masalahnya—cara kita menggunakannya yang menentukan apakah website skala besar akan:
- Cepat atau lambat
- Stabil atau rapuh
- Mudah dirawat atau technical debt
Dengan strategi optimasi yang tepat:
- AJAX masih sangat layak untuk enterprise
- Legacy system bisa tetap performant
- Migrasi besar bisa ditunda atau dilakukan bertahap
Website skala besar tidak butuh teknologi terbaru, tetapi butuh teknologi yang dikelola dengan disiplin.