Anchoring Effect: Jebakan Psikologis yang Bisa Mengacaukan Keputusan Keuangan

Published 15/08/25 · read 3 menit

Anchoring Effect adalah kecenderungan otak manusia untuk menjadikan informasi pertama yang kita terima sebagai patokan utama (anchor) saat mengambil keputusan, meskipun informasi itu belum tentu akurat.

Contoh sederhana:

  • Melihat harga tas Rp2 juta, lalu diskon jadi Rp1 juta → kita merasa murah, padahal harga aslinya mungkin hanya Rp900 ribu di tempat lain.

  • Penawaran investasi pertama yang kita dengar menjadi standar pembanding, sehingga kita menolak opsi lain yang lebih baik.

Fenomena ini pertama kali diperkenalkan oleh Amos Tversky dan Daniel Kahneman dalam studi perilaku ekonomi.


Bagaimana Anchoring Effect Terjadi?

  1. Otak Butuh Titik Referensi
    Informasi pertama menjadi “jangkar” yang memengaruhi semua penilaian berikutnya.

  2. Sulit Mengabaikan Anchor
    Sekalipun kita tahu anchor tidak relevan, otak tetap menggunakannya sebagai pembanding.

  3. Dipengaruhi oleh Emosi dan Konteks
    Desain penawaran, angka besar, atau kata “diskon” membuat anchor terasa kuat.


Contoh Anchoring Effect di Kehidupan Keuangan

  • Harga Properti
    Melihat rumah pertama seharga Rp1,5 miliar membuat rumah Rp1,3 miliar terlihat murah, meski nilainya belum tentu sebanding.

  • Negosiasi Gaji
    Angka awal yang ditawarkan perusahaan memengaruhi ekspektasi gaji kandidat.

  • Investasi
    Harga awal saham yang kita lihat memengaruhi penilaian apakah harga saat ini “mahal” atau “murah”.

  • Belanja Harian
    Diskon dari harga “coret” membuat barang terlihat lebih menarik.

READ :  Overconfidence Bias: Terlalu Percaya Diri yang Bisa Menguras Dompet

Sisi Positif Anchoring Effect

Meski sering membuat keputusan bias, anchoring bisa berguna:

  • Membantu membuat estimasi cepat

  • Menjadi titik awal negosiasi

  • Memberikan kerangka berpikir dalam situasi dengan banyak ketidakpastian


Jebakan Anchoring Effect

  1. Menerima Penawaran Buruk
    Terlalu terpaku pada harga awal membuat kita tidak mencari opsi lain.

  2. Salah Menilai Investasi
    Membandingkan harga saham saat ini dengan harga saat pertama kali dilihat, bukan dengan nilai intrinsiknya.

  3. Overconfidence
    Merasa keputusan sudah tepat karena “anchor” terlihat masuk akal.


Sudut Pandang Baru: Anchoring di Era Digital

Di era e-commerce dan media sosial, anchoring makin kuat karena:

  • Harga awal (coret) selalu ditampilkan besar-besaran

  • Influencer sering menyebut harga “normal” sebelum memberi kode diskon

  • Aplikasi investasi menampilkan harga tertinggi atau terendah sebagai pembanding

READ :  Efek Diderot Keuangan: Satu Pembelian Mengubah Pola Belanja

Cara Menghindari Jebakan Anchoring Effect

1. Kumpulkan Informasi Lebih Banyak

Jangan ambil keputusan hanya berdasarkan penawaran pertama. Bandingkan dari berbagai sumber.


2. Gunakan Data Objektif

Dalam investasi, fokus pada fundamental perusahaan, bukan harga awal yang kita lihat.


3. Sadari Strategi Pemasaran

Perusahaan sering sengaja membuat anchor untuk mendorong pembelian.


4. Tetapkan Patokan Sendiri

Sebelum melihat penawaran, tentukan kisaran harga atau keuntungan yang diinginkan.


5. Latih Kesadaran Finansial

Semakin sadar akan bias ini, semakin kecil pengaruhnya terhadap keputusan kita.


Pengalaman Pengguna: Dari “Terlena Diskon” ke Belanja Cerdas

Dian, 27 tahun, dulu sering membeli barang diskon karena harga coret terlihat jauh lebih tinggi. Setelah belajar tentang anchoring effect:

  • Ia selalu membandingkan harga di 3 toko berbeda

  • Mulai menggunakan aplikasi pembanding harga

  • Berhasil menghemat Rp2 juta dalam 6 bulan

READ :  Mental Accounting: Mengelola Uang dengan “Akun Mental” yang Sering Menjebak

FAQ: Anchoring Effect

Q1: Apakah anchoring effect selalu buruk?
Tidak. Bisa berguna untuk negosiasi, tapi buruk jika membuat keputusan tanpa riset.

Q2: Bagaimana cara mengurangi efeknya?
Dengan membandingkan harga dari sumber berbeda dan fokus pada data objektif.

Q3: Apakah investor profesional juga terpengaruh?
Ya. Bahkan investor berpengalaman bisa terjebak jika tidak disiplin.

Q4: Apakah ini sama dengan framing effect?
Berbeda. Anchoring fokus pada angka atau informasi awal, framing fokus pada cara informasi disajikan.


Kesimpulan

Anchoring effect adalah bias kognitif yang membuat kita terlalu bergantung pada informasi awal saat mengambil keputusan. Dengan kesadaran, riset yang cukup, dan patokan objektif, kita bisa menghindari jebakan ini dan membuat keputusan keuangan yang lebih cerdas.

Ingat, angka pertama yang kita lihat belum tentu angka terbaik untuk dompet kita.