Di tengah dominasi React, Vue, dan framework modern lainnya, banyak developer menganggap jQuery sebagai teknologi usang. Namun di balik opini teknis tersebut, terdapat realitas yang sering diabaikan: banyak sistem lama berbasis jQuery masih menghasilkan profit besar hingga hari ini.
Pertanyaannya bukan “apakah jQuery masih keren?”, melainkan:
“Apakah sistem ini masih menghasilkan uang, stabil, dan memenuhi kebutuhan bisnis?”
Artikel ini mengulas studi kasus nyata (berdasarkan pola umum di perusahaan besar dan menengah) tentang sistem berbasis jQuery yang:
- Telah berjalan lebih dari 8–15 tahun
- Menangani traffic tinggi
- Menghasilkan revenue signifikan
- Dipertahankan secara strategis, bukan karena malas
Contents
- 1 1. Gambaran Umum Sistem Legacy Berbasis jQuery
- 2 2. Studi Kasus 1: Website E-Commerce Mid–Large Scale
- 3 3. Studi Kasus 2: Media Online Nasional
- 4 4. Studi Kasus 3: Sistem Internal Enterprise
- 5 5. Mengapa Sistem jQuery Lama Bisa Tetap Profit?
- 6 6. Technical Debt vs Business Debt
- 7 7. Strategi Bertahan Sistem jQuery Agar Tetap Sehat
- 8 8. Kesalahan Fatal yang Harus Dihindari
- 9 9. Kapan Sistem jQuery Lama HARUS Dimigrasi?
- 10 10. Framework Modern Tidak Selalu Lebih Untung
- 11 11. Pelajaran Penting untuk CTO & Tech Lead
- 12 12. Ide Baru: Legacy Profitability Index (LPI)
- 13 Kesimpulan
- 14 Related Posts
1. Gambaran Umum Sistem Legacy Berbasis jQuery
1.1 Profil Sistem
- Usia sistem: 10–14 tahun
- Stack utama:
- PHP / .NET / Java
- jQuery + AJAX
- Server-rendered HTML
- Fungsi utama:
- E-commerce
- Marketplace B2B
- CMS media
- Sistem internal perusahaan
1.2 Status Saat Ini
- Masih aktif
- Masih dikembangkan (incremental)
- Revenue stabil atau meningkat
- Tim kecil tapi solid
2. Studi Kasus 1: Website E-Commerce Mid–Large Scale
2.1 Latar Belakang
Sebuah perusahaan e-commerce regional dibangun sejak awal 2010-an menggunakan:
- PHP + MySQL
- jQuery AJAX untuk:
- Keranjang belanja
- Filter produk
- Checkout step-by-step
2.2 Alasan Sistem Dipertahankan
- Traffic: ±2 juta kunjungan/bulan
- Conversion rate stabil
- Tidak ada bottleneck performa signifikan
- Biaya rewrite ke React diperkirakan > 1,5 miliar rupiah
2.3 Optimasi yang Dilakukan
- Minifikasi jQuery
- Endpoint AJAX di-cache
- Migrasi sebagian ke Fetch API
- UI enhancement tanpa rewrite total
2.4 Hasil Bisnis
- ROI tinggi
- Tidak ada downtime besar
- Fokus bisnis tetap ke marketing & logistik
Insight penting:
👉 Stabilitas lebih bernilai daripada modernitas.
3. Studi Kasus 2: Media Online Nasional
3.1 Arsitektur Lama
- CMS custom
- jQuery digunakan untuk:
- Infinite scroll
- Lazy loading iklan
- Interaksi komentar
3.2 Tantangan
- Page view sangat tinggi
- SEO kritikal
- Time-to-first-byte harus cepat
3.3 Mengapa Tidak Migrasi ke SPA?
- SPA memperberat SEO
- Server-rendered + jQuery lebih cepat untuk konten
- Tim editorial tidak butuh UI kompleks
3.4 Keputusan Strategis
- jQuery tetap digunakan
- Fokus pada:
- CDN
- Cache agresif
- Optimasi AJAX
Hasil:
Pendapatan iklan tetap tinggi, bounce rate rendah.
4. Studi Kasus 3: Sistem Internal Enterprise
4.1 Sistem Apa Ini?
- Dashboard keuangan
- Sistem approval
- Reporting internal
4.2 Stack
- ASP.NET
- jQuery UI
- AJAX untuk form & laporan
4.3 Kenapa Tidak Diubah?
- User terbatas (internal)
- Tidak perlu UI modern
- Rewrite tidak menghasilkan nilai bisnis langsung
4.4 Risiko yang Dikontrol
- Security patch rutin
- Isolasi jaringan
- Audit akses
Kesimpulan internal:
“Jika tidak rusak dan tidak menghambat bisnis, jangan diperbaiki.”
5. Mengapa Sistem jQuery Lama Bisa Tetap Profit?
5.1 Value Bisnis > Teknologi
Bisnis tidak dibayar oleh:
- Framework modern
- Library terbaru
Bisnis dibayar oleh:
- Conversion
- Stabilitas
- Kecepatan layanan
5.2 jQuery Sudah Sangat Mature
- Bug jarang
- Perilaku stabil
- Dokumentasi melimpah
5.3 Biaya Migrasi Sangat Mahal
Rewrite bukan hanya:
- Kode
- Tapi juga:
- QA
- Training
- Risiko bug
- Downtime
5.4 Tim Sudah Sangat Terlatih
- Developer tahu seluruh edge case
- Debug cepat
- Tidak ada learning curve besar
6. Technical Debt vs Business Debt
Banyak perusahaan besar menyadari:
- Technical debt bisa diterima
- Business debt tidak bisa
Jika rewrite:
- Mengganggu revenue
- Menghentikan pengembangan fitur bisnis
Maka rewrite ditunda.
7. Strategi Bertahan Sistem jQuery Agar Tetap Sehat
7.1 Isolasi Kode Lama
- Pisahkan file legacy
- Jangan campur dengan fitur baru
7.2 Modernisasi Bertahap
- Fitur baru pakai Fetch / Vanilla JS
- jQuery hanya untuk legacy
7.3 Refactor Tanpa Rewrite
- Hapus duplikasi
- Tambahkan test
- Dokumentasikan alur
7.4 Security Hardening
- Audit AJAX
- Prepared statement
- WAF
- Rate limiting
8. Kesalahan Fatal yang Harus Dihindari
❌ Rewrite total tanpa roadmap
❌ Memaksa React ke sistem server-rendered
❌ Mengubah UI yang sudah familiar user
❌ Mengabaikan biaya non-teknis
9. Kapan Sistem jQuery Lama HARUS Dimigrasi?
Migrasi wajib jika:
- Security risk tinggi
- Tidak bisa dikembangkan
- Performa buruk
- Tidak ada developer yang paham
- Tidak kompatibel dengan bisnis baru
10. Framework Modern Tidak Selalu Lebih Untung
Fakta lapangan:
- Banyak SPA mahal tapi gagal
- Banyak sistem sederhana bertahan lama
Teknologi adalah alat, bukan tujuan.
11. Pelajaran Penting untuk CTO & Tech Lead
- Jangan migrasi karena tren
- Ukur dampak bisnis
- Prioritaskan stabilitas
- Modernisasi bertahap
- Lindungi sistem yang menghasilkan uang
12. Ide Baru: Legacy Profitability Index (LPI)
Konsep evaluasi sistem lama:
- Revenue contribution
- Cost maintenance
- Risk level
- Growth blocker
Jika LPI tinggi → pertahankan
Kesimpulan
Sistem lama berbasis jQuery tidak identik dengan sistem buruk.
Banyak di antaranya:
- Stabil
- Menghasilkan profit
- Mudah dirawat
- Sesuai kebutuhan bisnis
Dalam dunia nyata:
Yang penting bukan teknologi tercanggih, tapi teknologi yang menghasilkan uang dan minim risiko.
Migrasi bukan kewajiban moral developer, melainkan keputusan strategis bisnis.