SEOsatu – jualan eBook itu gampang. Tinggal nulis sesuatu yang berguna, kasih desain bagus dikit, upload ke marketplace, promosi di Instagram story, terus… duduk manis nunggu notifikasi transfer masuk.
Ternyata enggak seindah itu, bro. Bahkan jauh banget. Yang dateng malah rasa nyesek, malu, bingung, dan overthinking.
Boleh dibilang, ini salah satu proyek digital pertamaku yang gagal total. Tapi justru dari kegagalan ini aku banyak belajar. Dan siapa tau, kamu yang lagi baca ini bisa ambil pelajaran juga biar enggak jatuh di lubang yang sama.
Table of Contents
Awal Cerita: Niat Mulia, Eksekusi Buru-buru
Waktu itu aku lagi semangat-semangatnya belajar soal copywriting dan digital marketing. Terus muncul ide, kenapa enggak sekalian bikin eBook aja?
Temanya kupilih yang aku rasa banyak dicari orang: “Cara Dapetin Klien Freelance Tanpa Pengalaman.”
Topik ini aku kuasai karena aku juga dulu mulai dari nol banget. Jadi nulisnya ngalir. Dalam 3 hari eBook selesai. Aku kasih desain seadanya di Canva, terus langsung gas upload ke Gumroad.
Harga? Cuma Rp25.000. Murah banget, kan? Harapannya sih biar makin banyak yang beli.
Tapi…
Setelah Launching: Sepi Seperti Kuburan
Hari pertama launching, aku update story:
“Teman-teman, aku baru rilis eBook pertama! 🎉
Cocok buat yang mau mulai freelance tapi bingung mulai dari mana.
Link di bio yaaa 🙏”
Respons? Ada yang kasih selamat, ada yang bilang keren. Tapi yang beli? Nol.
Hari kedua? Masih nol.
Hari ketiga? Ada satu yang beli. Temen sendiri. Itu pun sambil chat, “Eh bro, gue beli ya. Kasih diskon dong wkwk.”
Makin hari makin sepi. Yang tadinya kukira bakal rame karena topiknya menarik, justru tenggelam tanpa jejak.
Salah Dimana?
Setelah euforianya reda, aku mulai evaluasi. Apa yang salah? Padahal aku udah:
-
Nulis topik yang aku kuasai
-
Harga murah
-
Promosi di medsos
Tapi pas dipikir-pikir lagi, aku sadar: banyak hal penting yang aku lewatin.
1. Nggak Validasi Pasar
Aku bikin eBook berdasarkan asumsi, bukan riset. Aku pikir topik itu dibutuhkan banyak orang, padahal belum tentu.
Aku enggak tanya ke audiens, enggak riset keyword, enggak cek thread yang viral.
Sekarang aku ngerti, yang penting bukan apa yang menurut kita bagus, tapi apa yang orang lain butuh.
2. Nggak Bangun Personal Branding
Siapa aku? Ya aku. Tapi buat orang lain, aku siapa?
Aku belum punya personal branding kuat sebagai freelancer atau mentor. Jadi waktu aku jualan eBook, trust-nya belum ada. Orang mikir:
“Ngapain gue beli eBook dari orang yang bahkan belum pernah nongol di FYP TikTok atau thread Twitter?”
Sakit sih, tapi realistis.
3. Promosi Setengah Hati
Story 2-3 kali terus stop. Nggak bikin konten rutin. Nggak kasih teaser isi eBook. Nggak kasih testimoni.
Pokoknya promo ala kadarnya. Terus aku ngarep hasil luar biasa. Mana bisa, bro.
Marketing itu bukan sekali update langsung jadi. Butuh konsisten, strategi, dan value yang terus-terusan disodorin ke audiens.
Mental Drop? Banget
Aku sempat mikir:
“Udah deh, mungkin gue emang bukan orangnya. Gagal gini, malu banget.”
Tapi dari pada meratapi kegagalan, akhirnya aku ubah mindset.
Daripada gagal terus ngilang, mending gagal terus belajar.
Dan jujur aja, pengalaman gagal jualan eBook ini malah bikin aku makin ngerti dunia digital. Makin sadar kalau skill nulis doang nggak cukup.
Harus ngerti marketing. Harus ngerti audience. Harus ngerti value proposition.
Dan yang paling penting: harus sabar.
Lalu Apa yang Aku Lakukan Setelah Itu?
Aku mulai pelan-pelan perbaiki semua:
-
Belajar riset keyword & problem audiens.
Aku bikin konten dari problem nyata, bukan asumsi pribadi. -
Bangun blog (seosatu.com) buat nulis panjang.
Biar personal branding makin kebentuk. Orang tau aku nulis dari pengalaman, bukan asal-asalan. -
Konsisten bangun audience.
Pelan-pelan, bikin konten di Twitter, IG, dan blog. Aku mulai kasih value dulu, jualan belakangan. -
Perbaiki kualitas eBook.
Aku bikin ulang, kasih cover yang proper, layout yang rapi, dan bonus-bonus yang relevan. -
Bangun list email.
Aku sadar, orang beli bukan karena produk bagus, tapi karena trust. Dan trust dibangun lewat komunikasi rutin.
Akhirnya Mulai Laku (Tapi Lama)
Proyek eBook keduaku nggak langsung meledak. Tapi mulai ada progress.
Awalnya cuma 2-3 pembeli seminggu. Terus naik jadi 10. Lalu 30. Dan sekarang, udah lebih dari 300+ eBook terjual (dari berbagai judul).
Bukan angka fantastis, tapi buat aku yang pernah gagal jualan total, ini pencapaian yang bikin senyum lebar.
Penutup: Gagal Itu Wajar, Asal Jangan Nyerah
Kalau kamu pernah atau lagi ngalamin gagal jualan eBook, ingat ini:
-
Gagal bukan berarti kamu bodoh. Bisa jadi cuma kurang riset, atau salah audiens.
-
Jangan buru-buru nyerah. Revisi, evaluasi, dan coba lagi.
-
Jangan malu promosi. Selama kamu jual produk yang bermanfaat, kamu layak dibayar.
Gagal jualan eBook itu pahit. Tapi kadang, pahit itu yang bikin kita tumbuh.
Kalau kamu pernah gagal juga, share ceritamu di kolom komentar blog seosatu.com ya. Siapa tau dari pengalaman kita, ada yang bisa belajar dan bangkit lagi.
🔥 Kita bukan penjual gagal. Kita cuma penjual yang belum ketemu cara yang tepat.