Pinjam Buat Bayar Sekolah Anak, Tapi Dikejar DC Depan Rumah

Update: 03 Agu 2025

inget banget satu sore pas bulan Juni kemarin. Ada suara motor berhenti di depan rumah tetangga. Dua orang turun, bajunya hitam, masker, dan satu bawa map tebal.

Gak lama…

“Maaf Bu, kami dari tim penagihan. Bisa ngobrol sebentar soal pinjaman Bunda dari aplikasi…?”

Itu hari pertama gue sadar: orang bisa niat baik — tapi situasi bisa bikin jadi masalah.


Berawal dari Niat Baik: Pendidikan Anak

Gue kenal tetangga itu. Ibu rumah tangga, anak dua, suaminya kerja serabutan. Penghasilannya gak tetap. Tapi anak pertamanya mau naik kelas dan harus bayar SPP, daftar ulang, beli seragam baru.

Total semua butuh Rp1,4 juta.

“Gue bingung, Mau pinjam ke saudara malu, gak enak. Ke bank gak mungkin. Akhirnya coba daftar pinjol.”

Dia daftar ke satu aplikasi pinjol legal. Tapi ditolak karena gak ada slip gaji. Akhirnya dia coba satu lagi — dan cair.

Bunga 12%. Tenor 21 hari.

“Gue pikir, nanti pas gajian suami, gue tutup.”


Kenyataan Gak Selalu Sesuai Rencana

Dua minggu kemudian, suaminya gak dapet kerjaan. Bahkan job ojek online lagi sepi banget karena musim hujan dan banyak orderan dibatalkan.

Deadline makin dekat.
Tagihan masuk.
Bunga makin naik.
Akhirnya dia… ambil pinjol lain buat nutup yang pertama.

“Dan disitulah semua mulai snowball.”

Dari satu jadi dua. Dua jadi lima. Dalam 1,5 bulan, dia punya 6 aplikasi aktif, total utang Rp4,7 juta, dan gak ada penghasilan masuk.


Saat DC Mulai Datang

Minggu ketiga, nomor-nomor tak dikenal masuk tiap hari. Nada bicara makin kasar. Chat makin banyak. Akhirnya… DC datang langsung.

“Bu, kita udah kasih waktu. Kita bisa sebar data Ibu ke kontak-kontak. Mau?”

Dia nangis. Suaminya marah, tapi gak bisa ngelawan. Anak-anak mulai nanya:

“Mah, itu siapa? Kenapa Mama dimarahin?”

Lo bisa bayangin, kan bro?
Niatnya pengen bayar sekolah, biar anaknya semangat belajar. Tapi akhirnya anaknya justru trauma ngeliat orang tuanya diteror.


Siapa yang Salah?

Kalau lo liat dari luar, lo bisa bilang:

  • “Salah sendiri pinjem ke pinjol.”

  • “Harusnya ngatur uang lebih baik.”

  • “Kenapa gak cari bantuan lain?”

Tapi bro, realita di lapangan itu beda.
Ketika lo gak punya opsi, kadang pinjol kelihatan kayak satu-satunya jalan keluar.

Dan orang tua tuh rela dilukai — asal anaknya gak putus sekolah.

Masalahnya:

Masyarakat kita belum punya sistem darurat yang bisa bantu orang kecil dengan cepat dan aman.


Bagian yang Sering Gak Diceritain

Lo tahu gak, bro? Yang bikin trauma bukan cuma DC.

Tapi juga:

  • Penyebaran data ke kontak HP
    Temen ngontak dia bilang: “Eh, nama lo masuk grup wasap katanya utang ya?”

  • Stigma dari tetangga
    Waktu DC datang, semua tetangga ngeliat dari balik tirai. Besoknya gosip nyebar.

  • Rasa gagal sebagai orang tua
    “Gue pengen anak gue sekolah. Tapi malah bikin keluarga malu. Gue gagal jadi ibu.”

Dan itu yang paling bikin hancur.


Solusi yang Belum Banyak Diangkat

Gue gak akan cuma cerita sedih tanpa solusi, bro. Berikut beberapa opsi yang lebih aman dan etis:

1. Gabung Program Sekolah Gratis atau Beasiswa Lokal

Banyak sekolah negeri atau yayasan lokal yang punya subsidi atau keringanan, asal mau cari tahu dan ngurus syaratnya.

2. Cicilan Pendidikan Resmi

Beberapa fintech sekarang punya produk paylater khusus pendidikan yang bunganya jauh lebih manusiawi dibanding pinjol.

Contoh:

  • Danacita

  • Cicil.co.id

  • Edufund

3. Komunitas Gotong Royong

Ada komunitas yang bisa bantu biaya pendidikan lewat donasi mikro. Lo bisa coba cari di Telegram, Facebook, bahkan RW lo sendiri.


Kalau Lo di Posisi Itu, Gimana?

Gue pengen ajak lo mikir bro…

Kalau lo punya dua anak, tagihan sekolah, dan tabungan tinggal 100 ribu — lo bakal gimana?

Jawaban lo mungkin beda. Tapi intinya: banyak orang yang niatnya baik, tapi gak punya sistem pendukung.

Gue percaya: edukasi soal literasi keuangan harus nyampe ke akar rumput. Bukan cuma seminar di hotel bintang lima. Tapi lewat blog, video, eBook, dan sharing jujur kayak gini.


Penutup

Gue tulis ini bukan buat ngebela semua yang pinjam ke pinjol. Tapi biar kita sama-sama paham:

Di balik setiap utang, ada cerita. Ada alasan. Ada manusia.

Kalo lo punya pengalaman serupa, atau pernah nolong orang dalam situasi kayak gini — tulis di komentar, bro.

Biar kita bikin blog ini jadi tempat belajar, bukan tempat nge-judge.

Stay safe, stay waras, dan jangan pernah ragu buat nyari bantuan.
Daripada pinjem ke pinjol, mending kita bantu nyari solusi bareng.

5 1 vote
Article Rating
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments