Awalnya cuma iseng.
Butuh Rp500.000 buat nutup kekurangan uang kos.
Instal satu aplikasi pinjol — gampang banget.
Verifikasi KTP, isi data dikit, foto selfie, langsung cair.
“Ah, nanti kalau gajian gue langsung balikin. Bunga juga gak gede-gede amat.”
Tapi satu aplikasi jadi dua.
Dua jadi lima.
Lima jadi sepuluh.
Dan tahu-tahu, utang total udah tembus Rp14 juta.
Saya (pake “saya” ya bro, biar netral) bener-bener kaget waktu liat catatan utang lengkap yang saya tulis sendiri.
Masuk Lingkaran Setan Pinjol
Yang bikin bahaya bukan cuma bunganya.
Tapi sistemnya bikin lo ngutang buat nutup utang sebelumnya.
Gali lubang, tutup lubang.
Gali lagi, tutup makin dalam.
Dan setiap kali telat bayar, ada yang nelpon.
Chat WA masuk terus-terusan.
Ngancam. Ngegas.
Ada juga yang mulai WA orang kantor dan teman-teman.
Rasanya malu banget.
Panik.
Nangis diem-diem.
Sampai mikir: “Apa hidup gue emang udah gagal total?”
Tapi dari titik paling gelap itu, saya coba pelan-pelan bangkit.
Dan alhamdulillah, enam bulan kemudian — semua utang lunas.
Gak instan. Gak ajaib. Tapi realistis.
Bulan Pertama: Berhenti Bohongin Diri Sendiri
Saya sadar satu hal:
Gue gak akan keluar dari utang kalau masih denial.
Langkah pertama yang saya ambil:
-
Nulis SEMUA daftar utang (nama aplikasi, jumlah, jatuh tempo)
-
Tandain mana pinjol legal dan ilegal
-
Totalin semuanya (ini bikin jantung copot sih, tapi wajib)
Terus saya berhenti ngambil pinjaman baru.
Mau seberapa pun menggoda, saya stop.
Lebih baik telat bayar daripada makin nambah lubang.
Bulan Kedua: Bikin Rencana, Meski Gak Sempurna
Saya mulai susun prioritas:
-
Bayar yang legal dulu — karena mereka biasanya lebih aman dan bisa dinego.
-
Abaikan dulu yang ilegal — kebanyakan mereka nyebar teror, tapi gak bisa menuntut hukum.
Terus saya kontak beberapa pinjol legal dan minta reschedule pembayaran.
Ternyata, banyak yang bisa dinego asalkan saya komunikasi.
Walau tetap bayar bunga, tapi mereka kasih tenggang.
Saya juga bikin budget harian super ketat.
Ngurangin jajan, jual baju bekas, bahkan saya resign dari gaya hidup ngopi kekinian.
Bulan Ketiga: Cari Income Tambahan, Gak Milih-milih Dulu
Saya tahu, kalau ngandelin gaji tetap, gak akan cukup.
Jadi saya mulai:
-
Jualan makanan ringan titip di warung
-
Freelance nulis artikel di website
-
Buka jasa desain Canva murah di grup Facebook
-
Jadi admin IG UKM temen
Awalnya penghasilan tambahan cuma Rp300.000–Rp500.000 per minggu.
Tapi itu cukup buat nyicil satu utang kecil.
Prinsip saya waktu itu: Gak penting gede, yang penting masuk dan jalan.
Bulan Keempat: Bersih-Bersih Digital & Emosi
Saya mulai beresin HP.
Blokir nomor-nomor ancaman.
Nonaktifin notifikasi WA dari nomor gak dikenal.
Saya juga mulai detoks media sosial beberapa hari.
Karena jujur, lihat teman-teman pamer pencapaian malah bikin makin down.
Mulai saat itu, saya ganti waktu scrolling jadi waktu healing.
Lebih sering nulis jurnal.
Baca tulisan tentang utang dan cara survive.
Dengerin podcast motivasi soal keuangan.
Bulan Kelima: Bayar Satu Demi Satu, Rasain “Kemenangan Kecil”
Setiap kali bisa lunasin satu aplikasi — meskipun kecil — saya rayakan.
Bukan hura-hura, tapi cukup dengan:
-
Ngopi sendiri
-
Nulis “Done” besar-besar di daftar utang
-
Kasih self reward kecil (kayak makan mie ayam favorit 😁)
Rasa lega itu nambah energi.
Dan saya mulai percaya diri.
Ternyata… saya bisa juga loh lewatin ini semua.
Bulan Keenam: Finish Strong
Di bulan terakhir, sisa utang tinggal dua aplikasi legal besar.
Saya nego lagi buat sisa bunga.
Dan… mereka kasih potongan karena saya lancar bayar 4 bulan sebelumnya.
Dari situ, saya pakai seluruh bonus freelance yang sempat saya tahan, dan saya lunasin semuanya.
Tanggal itu saya ingat banget:
27 Juni 2024 — semua lunas.
Screenshot bukti pelunasan saya print dan tempel di dinding.
Yang Saya Pelajari dari Perjalanan 6 Bulan Ini
1. Utang bukan akhir hidup. Tapi kalau gak dikelola, bisa jadi lubang neraka.
2. Punya rencana kecil lebih baik daripada panik tanpa arah.
3. Gak ada jalan cepat — tapi selalu ada jalan keluar.
4. Support system itu penting. Kalau gak ada, jadilah support buat diri sendiri.
5. Setelah bebas utang, jangan lupakan rasa pahitnya.
Jadikan itu pelajaran buat gak asal klik “setuju” waktu lihat promo pinjol lagi.
Penutup: Kamu Bisa Juga, Bro
Kalau kamu lagi di posisi “kejerat” sekarang,
saya cuma mau bilang: Saya pernah di sana. Dan saya berhasil keluar.
Kamu juga bisa.
Gak harus dalam 6 bulan, bisa lebih cepat atau lebih lambat — yang penting jalan terus.
Utang bukan aib.
Yang aib itu kalau kita berhenti berjuang.