Punya Gaya Nulis Jelek Tapi Dicari Orang, Kok Bisa?

Published: 02 Agu 2025

Saya pernah baca satu blog yang tampangnya b aja.
Desainnya kayak tahun 2012. Font-nya kecil. Nulisnya pun belepotan. Banyak typo.

Tapi anehnya…

Rame.
Komentarnya hidup. Artikel-artikelnya sering masuk page one. Bahkan kadang disebar ke grup WA atau Facebook.

Aku sempat mikir,
“Lah, ini nulis kayak curhatan sambil ngantuk kok malah disukai?”

Dan di situ saya mulai sadar satu hal penting: gaya nulis yang jelek bukan berarti gak bisa works.


Yang Dibilang “Jelek” Itu Sering Kali Cuma Soal Teknis

Jelek menurut siapa?
Menurut guru Bahasa Indonesia? Editor buku? Atau netizen perfeksionis?

Faktanya, sebagian besar pembaca di internet gak peduli struktur EYD.
Yang mereka cari cuma dua hal:

  1. Ngerti

  2. Ngerasa relate

Kalau dua ini dapet, tulisan kamu bakal dibaca sampai habis — meski typo-nya berserakan dan kalimatnya kayak naik angkot ugal-ugalan.


Orang Cari Suara, Bukan Tata Bahasa

Di internet, orang nyari “suara manusia”, bukan tulisan textbook.

Mereka mau ngerasa kayak lagi diajak ngobrol, bukan disuruh ngerjain soal ujian.

Kalau kamu punya gaya nulis yang kacau tapi terasa jujur, spontan, dan nendang — itu justru bisa jadi ciri khas yang dicari.

Saya pernah lihat thread di X yang isinya gak jelas:
huruf besar kecil acak, tanda baca ngilang, dan singkatan ngawur.
Tapi karena feel-nya kuat, orang malah suka. Dibacanya kayak denger curhatan temen sendiri.


Gaya Nulis Gak Perlu Bagus, Tapi Harus “Punya Rasa”

Gaya nulis kamu gak harus keren, tapi harus ada rasa.

Misalnya:

  • Gaya nulis yang sarkas tapi tulus

  • Ceroboh tapi nyambung

  • Meledak-ledak tapi gak bohong

Bahkan kadang, gaya nulis yang gak rapi justru bikin pembaca ngerasa,
“Wah, ini orang asli nulis sendiri, bukan copas dari ChatGPT.”

Dan percaya deh, pembaca lebih suka tulisan yang “berantakan tapi asli” daripada “rapi tapi hambar.”


Asal Konsisten, Gaya Aneh Jadi Ciri

Aku punya temen yang nulis semua kata disambung-sambung pake tanda tanya dan titik tiga…
Awalnya bikin pusing, tapi karena dia konsisten, gaya itu jadi identitas.

Gaya nulis kamu mungkin dianggap aneh sekarang,
tapi kalau kamu ulang terus dan gak nyontek siapa-siapa, lama-lama orang bakal inget kamu karena gaya itu.

Dan inget ya: yang paling mahal di dunia konten sekarang adalah identitas.
Bukan keindahan.


Penutup

Punya gaya nulis yang dianggap jelek bukan masalah besar.
Yang penting, ada “kamu”-nya di tulisan itu. Bukan sekadar kumpulan kata yang bisa ditulis siapa pun.

Kadang justru tulisan kamu yang paling berantakanlah yang bikin orang betah baca.
Bukan karena bagus, tapi karena mereka ngerasa:
“Akhirnya ada juga yang nulis kayak gini…”

Jadi, jangan takut gaya nulis kamu gak sempurna.
Kalau itu kamu banget — terusin. Jangan edit kepribadian kamu demi kelihatan pinter.

0 0 votes
Article Rating
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments