Ditolak Media Nasional, Sekarang Nulis di Blog Sendiri + Cuan

Ditolak Media Nasional, Sekarang Nulis di Blog Sendiri + Cuan

Published 05/08/25 · read 3 menit

SEOsatu – punya mimpi jadi penulis di media nasional. Bukan karena pengin terkenal atau tampil di TV, tapi karena satu hal yang sederhana:

Aku cuma pengin tulisan-tulisanku dibaca banyak orang dan dianggap “layak”.

Setiap kali baca artikel di media besar — yang judulnya clickbait banget, tapi isinya kadang ya gitu-gitu aja — aku selalu ngerasa:
“Yah, masa tulisan kayak gini aja bisa naik? Kayaknya aku juga bisa nulis yang lebih oke dari ini.”

Dan dari situlah semuanya dimulai…


Kirim Tulisan Berkali-Kali, Tapi Hasilnya: “Maaf, Belum Sesuai”

Tahun 2020 aku mulai aktif nulis.
Topiknya random: opini sosial, keresahan pribadi, sampai review film.
Setiap kali selesai nulis, aku langsung kirim ke berbagai media online:
Tirto, Mojok, Vice, Kumparan, bahkan The Jakarta Post.

Tapi hasilnya?

“Maaf, tulisan Anda belum sesuai dengan gaya redaksi kami.”
“Terima kasih sudah mengirimkan, namun saat ini belum bisa kami tayangkan.”
(atau lebih sering: nggak dibalas sama sekali.)

Satu-dua penolakan aku masih bisa tahan.
Tapi setelah 13 kali kirim dan semuanya ditolak, rasanya mulai goyah.
Aku sempat mikir, “Mungkin emang tulisanku nggak layak.”


Momen Patah Hati Sekaligus Titik Balik

Puncaknya waktu aku nulis artikel opini soal kenaikan harga kebutuhan pokok — tulisan paling serius dan riset banget yang pernah aku bikin.
Aku kirim ke media yang katanya “sering tayangin tulisan pembaca.”

Tapi setelah dua minggu, tetap gak ada kabar.

Akhirnya aku posting tulisan itu di blog pribadi yang udah lama nganggur.
Dan anehnya…

Artikel itu meledak.

Banyak yang share.
Banyak yang komentar.
Beberapa bahkan DM aku di Instagram cuma buat bilang: “Tulisanmu ngena banget, Kak.”

Dari situ aku sadar:
Mungkin tulisan kita gak jelek. Cuma belum ketemu tempat yang tepat buat ditampilin.


Nulis di Blog Sendiri = Lebih Merdeka

Setelah momen itu, aku berhenti ngejar media.
Aku fokus nulis buat blog sendiri.

Bukan cuma soal opini, tapi juga hal-hal yang aku suka:

  • Review buku & film

  • Pengalaman kerja remote

  • Tips freelance & blogging

  • Cerita personal tentang quarter life crisis (ini yang paling rame)

Dan ternyata… pembaca datang sendiri.
SEO pelan-pelan naik.
Tulisan mulai nongol di Google.


Bonus Tak Terduga: CUAN.

Awalnya aku nulis cuma karena suka.
Tapi pas aku mulai pasang form kerja sama / sponsor post dan Google Adsense, pelan-pelan blog-ku mulai menghasilkan.

Sekarang:

  • Ada brand yang ngajak kolaborasi

  • Dapet job nulis ghostwriter

  • Artikel blog bisa dijual ulang jadi eBook atau konten media sosial

  • Traffic organik dari blog → jadi aset jangka panjang

Blog kecil yang dulu cuma jadi “tempat buangan tulisan yang ditolak”, sekarang malah jadi sumber penghasilan dan kebebasan nulis paling jujur buatku.


Insight Buat Kamu yang Pernah Ditolak:

  1. Jangan jadikan satu pintu sebagai penentu nilai dirimu.
    Ditolak media bukan berarti tulisanmu buruk.

  2. Bangun rumahmu sendiri.
    Blog, newsletter, Instagram carousel — semuanya bisa jadi “media” milikmu sendiri.

  3. Terus asah skill nulis + storytelling.
    Media besar bisa nolak, tapi pembaca yang relate? Mereka bakal datang sendiri.

  4. Jangan tunggu validasi, mulai validasi dirimu sendiri.
    Kadang yang kita butuhin bukan tepuk tangan orang lain, tapi keberanian buat lanjut walau sendirian.


Penutup

Sekarang aku gak lagi ngarep tulisanku dimuat di media nasional.

Bukan karena males coba, tapi karena aku udah nemuin rumah yang lebih cocok — rumah yang bisa aku bentuk sendiri, atur sendiri, dan hasilin sendiri.

Dan mungkin, kamu juga lagi ada di fase itu.

Jadi kalau tulisanmu pernah ditolak, anggap aja itu tanda buat mulai bangun blog sendiri, atau media buatanmu sendiri.

Siapa tahu 3 tahun dari sekarang, kamu bisa bilang:

“Tulisan yang dulu ditolak itu… sekarang yang bikin aku dikenal dan dibayar.”

5 1 vote
Article Rating
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments