Dulu aku pikir aku cerdas.
Punya ide bisnis, tinggal cari modal, langsung eksekusi.
Dan karena bank nggak ngasih—pinjol jadi jawabannya.
Cepat cair, tanpa jaminan, bisa lewat aplikasi doang.
Waktu itu rasanya kayak jackpot.
Tapi siapa sangka, jalan yang kuanggap shortcut ke sukses, malah jadi jebakan.
Table of Contents
Awal Mula: Ide Besar, Modal Nggak Ada
Waktu itu aku lagi semangat-semangatnya jualan makanan kekinian.
Ideku sederhana: bikin frozen food homemade, dikemas rapi, dijual lewat Instagram. Target market? Ibu-ibu pekerja yang sibuk dan anak kost yang males masak.
Riset udah. Resep udah dites. Branding udah kepikiran.
Tinggal satu masalah: modal.
Butuh sekitar Rp3 juta buat bahan, kemasan, foto produk, dan sedikit ads. Tapi di tabungan cuma ada Rp500 ribu. Pinjam ke keluarga? Gengsi. Kredit bank? Ribet dan butuh slip gaji.
Lalu muncullah iklan pinjol di Instagram.
“Limit sampai 5 juta. Proses 5 menit. Tanpa BI checking!”
Dan bodohnya, aku klik.
Proses Cepat, Tapi Nggak Ada yang Gratis
Beneran cuma butuh 5 menit.
Cuma KTP, selfie, dan isi data seadanya.
Langsung cair ke rekeningku: Rp2,100,000 dari pinjaman Rp3 juta.
Di situ aku baru sadar:
Potongannya gede banget.
Tapi karena semangat mau produksi, aku tutup mata.
Usaha mulai jalan. Order masuk.
Tapi belum sempet untung, udah dapet notifikasi:
“Segera bayar cicilan pertama Rp950.000. Jatuh tempo 3 hari lagi.”
Aku syok. Itu artinya cuma punya waktu seminggu buat muterin duit + dapet untung? Nggak mungkin.
Snowball yang Nggak Bisa Dikendalikan
Karena panik, aku minjem lagi dari pinjol lain buat bayar yang pertama.
Terus minjem lagi buat bayar yang kedua.
Aku masuk ke skema gali lubang tutup lubang. Tanpa sadar, aku udah daftar di 6 aplikasi pinjol.
Total utang: hampir Rp10 juta.
Padahal modal awal cuma butuh Rp3 juta.
Setiap hari HP bunyi terus.
Nomor nggak dikenal nelpon. Ada yang ancam:
“Kalau nggak bayar hari ini, kami hubungi semua kontak kamu.”
Dan bener aja. Kontak temen-temenku mulai di-chat:
“Andreas punya pinjaman di aplikasi kami dan belum dibayar. Mohon informasikan ke dia untuk segera menyelesaikan.”
Malu? Iya.
Frustasi? Banget.
Usaha Gagal, Mental Rontok
Akhirnya aku harus berhenti produksi karena bahan udah habis dan dana tergerus buat bayar tagihan.
Customer kecewa. Reputasi rusak.
Dan yang paling nyesek, aku nggak cuma kehilangan usaha, tapi juga kepercayaan banyak orang.
Temenku yang awalnya mau bantu promosi malah ngerasa dibohongi.
Orang tuaku shock waktu tau dari tetangga (yang dapet chat dari DC).
Sampai satu titik, aku nutup semua sosial media. Nggak berani buka WA. Tiap denger notif masuk, jantungku langsung dag dig dug.
Titik Balik: Dari Pelarian ke Tanggung Jawab
Aku sadar aku nggak bisa terus-terusan kabur.
Akhirnya aku cari bantuan:
-
Baca forum-forum soal cara negosiasi ke pinjol legal
-
Hubungi satu per satu aplikasi yang terdaftar di OJK
-
Nyicil sedikit demi sedikit dari kerja serabutan
-
Dan yang paling penting: aku stop semua pinjaman baru
Prosesnya lama. Butuh hampir 9 bulan buat bersih dari utang.
Tapi selama itu juga aku belajar satu hal penting:
Modal paling besar dalam usaha itu bukan duit, tapi mental dan perencanaan.
Insight: Apa yang Aku Pelajari dari Kegagalan Ini
-
Pinjol itu bukan solusi modal, tapi jebakan kepepet.
Kalau kamu belum punya aliran kas yang stabil, pinjol cuma akan jadi bom waktu. -
Gagal usaha itu biasa, tapi gagal perhitungan itu bisa fatal.
Aku dulu terlalu percaya diri, nggak bikin proyeksi cashflow, nggak nyiapin cadangan dana. -
Modal usaha yang sehat itu datang dari tabungan, bukan hutang konsumtif.
Lebih baik jual barang yang ada, mulai kecil, daripada ambil pinjaman yang kamu nggak sanggup bayar. -
Debt collector nggak kenal kata kasihan.
Mau kamu niat usaha, mau kamu punya anak kecil, mau kamu baru kecelakaan—mereka tetap kejar tagihan. -
Mental utang itu bisa bikin candu.
Sekali kamu ngerasa gampang dapet uang dari pinjol, susah banget berhenti. Karena kamu jadi terbiasa instan.
Penutup: Jangan Ulangi Kesalahan yang Sama
Kalau kamu sekarang lagi mikir, “Ah, gue pinjem Rp2 juta aja kok. Buat usaha kecil-kecilan. Nanti juga balik modal.”
Bro, please…
Aku pernah di posisi itu. Dan yang awalnya niatnya baik, bisa berubah jadi neraka finansial.
Kalau memang harus mulai dari kecil, mulai aja dulu. Jualan kecil-kecilan. Dropship. Pre-order. Pakai uang yang bener-bener kamu punya.
Lebih lambat, tapi lebih aman.
Karena begitu kamu masuk ke lingkaran pinjol, susah buat keluar.
Gagal modal lewat pinjol itu bukan cuma soal duit.
Tapi juga soal martabat, nama baik, dan mental yang bisa rontok.